Pengalaman Pertama Solo Backpacker - Hongkong Macau 3 Hari 3 Malam
Iseng aja nulis pengalaman pertama sebagai solo backpacker di Hongkong dan Macau di blog ini, itung-itung buat kenang-kenangan kalau sempat dibaca lagi lain waktu atau bisa jadi sharing pengalaman ini malah bermanfaat buat yang pengen nyobain solo backpacker ke Hongkong dan Macau.
22 September 2017, saya berangkat ke Macau dari Bandara Soeta pukul 01:55 dini hari. Ini merupakan pengalaman pertama saya backpacker sendirian ke tempat yang belum pernah saya datangi sebelumnya, jadi sebelumnya saya sudah menyiapkan itinerary untuk mempermudah perjalanan saya di sana.
Sekitar pukul 08:00 saya tiba di bandara MFM (Macau), sampai sana saya langsung mengisi botol air minum saya di dispenser air yang merupakan salah satu fasilitas bandara. Kemudian saya melanjutkan perjalanan saya selanjutnya yaitu menuju Ferry Terminal yang akan membawa saya ke Hongkong. Tapi ternyata cuaca berkata lain, padahal sebelumnya saya sudah mengecek ramalan cuaca melalui situs accuweather, tetapi ternyata kali ini ramalan meleset. Cuaca yang diperkirakan akan cerah ternyata malah hujan deras dengan angin yang cukup kencang. Akhirnya saya kembali duduk di dalam ruang tunggu bandara.
Pukul 10:00 setelah hujan reda dan puas wifi an gratis di bandara Macau, saya melanjutkan perjalanan menuju Ferry Terminal dengan berjalan kaki mengikuti arahan google maps yang telah saya download offline. Tidak begitu jauh rupanya letak Ferry Terminal tersebut. Langsung saya menuju loket penjualan tiket, saya membeli tiket tujuan Kowloon dengan harga HKD 154.00.
Pemandangan dari ruang tunggu Ferry Terminal Macau |
Naik kapal dari Macau menuju Hongkong membutuhkan waktu sekitar 1 jam, kapalnya cukup nyaman walaupun saya hanya membeli tiket kelas ekonomi. Di dalam kapal seorang petugas membagikan arrival card yang nantinya diperlukan pada saat masuk imigrasi Hongkong.
Sampai di Ferry Terminal Hongkong, yang saya lakukan pertama adalah membeli Octopus Card di Seven Eleven. Octopus Card merupakan kartu yang dapat digunakan untuk membayar transportasi umum, jajan di toko, atau membeli makanan di restoran cepat saji, semacam Flash atau Emoney ya kalau di sini. Harga Octopus Card di Sevel HKD 39.00, kemudian saya melakukan top up HKD 150.00.
Keluar dari Ferry Terminal, wifi gratis pun lenyap dan saya mulai kehilangan arah, tapi saya menemukan lambang MTR, yah sepertinya menemukan lambang MTR itu hal yang sangat melegakan, artinya kamu baik-baik saja dan masih bisa pulang tanpa harus repot-repot bertanya. Naik MTR lalu berjalan kaki sedikit mengikuti jalan menurut peta offline yang saya download sebelumnya, akhirnya saya sampai di destinasi pertama yaitu Tin Hau Temple.
Keluar dari Ferry Terminal, wifi gratis pun lenyap dan saya mulai kehilangan arah, tapi saya menemukan lambang MTR, yah sepertinya menemukan lambang MTR itu hal yang sangat melegakan, artinya kamu baik-baik saja dan masih bisa pulang tanpa harus repot-repot bertanya. Naik MTR lalu berjalan kaki sedikit mengikuti jalan menurut peta offline yang saya download sebelumnya, akhirnya saya sampai di destinasi pertama yaitu Tin Hau Temple.
Tin Hau Temple |
Tin Hau Temple Bagian Dalam |
Sebenarnya salah satu tujuan utama saya mengunjungi kuil adalah untuk mengabadikan gambarnya, tapi sayang banyak kuil yang tidak mengizinkan para pengunjung mengambil gambar, mungkin karna akan mengganggu ibadah umat di sana. Jadi saya hanya mengambil foto bagian dalam yang paling depan, di batas yang ada tulisan dilarang foto.
Selanjutnya saya melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya yaitu Chi Lin Nunnery dan Nan Lian Garden. Ternyata yang sampai duluan adalah Nan Lian Garden, letaknya ada di sebrang Plaza Hollywood, naik MTR turun di Diamond Hill. Lalu jalan kaki saja mengikuti arahan petunjuk jalan.
Nan Lian Garden |
Sampai di Nan Lian Garden, saya menyiapkan tripod untuk mengambil potret diri, di tempat yang indah itu, tapi sayang seorang petugas menegur saya dengan bahasa mandarin, lalu saya pun cengok dan akhirnya beliau berbicara bahasa inggris dengan logat khasnya dan memberitahu bahwa tidak boleh menggunakan tripod di sini. Ah cukup kecewa sebenarnya, berat-berat tripod ini saya bawa jauh dari Jakarta, tapi apalah daya. Akhirnya saya memasukan kembali tripod ke dalam ransel.
Setelah puas mengelilingi Nan Lian Garden, saya pun berpikir untuk mendudukan kamera di atas sebuah batu dan akhirnya potret diriku terabadikan juga di sini.
Di Nan Lian Garden, saya bertemu banyak turis yang mungkin sepertinya dari China, mereka didominasi oleh ibu-ibu berumur sekitar 40-60an. Mereka sangat eksis, tiap sudut foto, sampai menimbulkan suara gaduh dan akhirnya ditegur oleh petugas Nan Lian Garden. Ada juga anak muda yang membawa tongsis dan ditegur. Ternyata bukan hanya tripod, tongsis pun dilarang rupanya.
Selanjutnya, saya menuju Chi Lin Nunnery, yang merupakan sebuah kuil Buddha, letaknya sangat dekat dengan Nan Lian Garden. Di depan pintu masuk Chi Lin Nunnery terdapat peringatan tidak boleh bermain Pokemon Go di dalam. Yah mungkin dulu banyak yang menemukan jenis pokemon langka yah di kuil tersebut. Ketika masuk ke dalam, di pinggir pintu berjejer batu dan kayu peninggalan jaman dulu. Tapi ketika ingin mengambil gambar, seorang petugas menegur saya dan menyuruh saya untuk berdoa terlebih dahulu ke dalam kuil. Masuk ke bagian dalam kuil ternyata ada peringatan dilarang foto. Okelah jadi cuma bisa foto di halaman kuil saja.
Didirikan tahun 1934 dan direnovasi dengan gaya dinasti Tang (618-907M) tahun 1990, Biara Chi Lin adalah komplek kelenteng berarsitektur kayu yang anggun, relik Buddha yang berharga dan kolam teratai penenang jiwa. Komplek ini juga mencsayap serangkaian bangunan kelenteng, di antaranya berisi patung-patung emas, tanah liat dan kayu yang mewakili ke-Tuhanan seperti Buddha Sakyamuni dan bodhisatwa.
Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Stasiun MTR Diamond Hill, melewati Plaza Hollywood bersama beberapa anak sekolahan yang baru pulang sekolah dengan seragamnya yang berwarna biru muda. Oh iya saya juga sempat mampir ke sevel, membeli sekaleng minuman seharga HKD 8.00 karna bekal air dari bandara Macau sudah habis.
Selanjutnya adalah check in hotel, sebelumnya saya sudah memesan satu kamar backpacker di kawasan mongkok via Traveloka. Namanya Apple Inn Mongkok, harganya terbilang sangat murah, hanya sekitar 150rb-an permalam, terletak di Nathan Road, tempat yang mudah diakses oleh MTR maupun bus. Kamar yang saya pesan terdiri dari 4 kasur dan isinya khusus wanita, ada toilet di dalam, ada kran air panas, sabun dan shampo, juga ada sikat gigi, odol dan handuk yang bisa diambil sendiri di rak yang berada dekat pintu masuk. Fasilitas lainnya ada wifi yang cukup cepat, kulkas, hair dryer, air minum, minuman ringan, snack.
Setelah mandi, saya kembali meneruskan perjalanan ke sebuah kawasan yang katanya menjual banyak barang murah yang bisa dijadikan oleh-oleh, namanya Sam Shui Po, pukul 5 sore saya tiba di sana dan tapi pedagang itu malah pada bubar. Yap ternyata Sam Shui Po hanya buka sampai pukul 5 sore saja, seperti pasar kaget kalau di sini. Akhirnya saya kembali ke hotel dan beristirahat.
23 September 2017, pukul 8:00 saya berangkat ke Lantau Island, untuk mengunjungi Giant Buddha. Saya naik MTR dan turun di Tung Chung, lalu ikuti petunjuk jalan dan sampai ke loket pembelian tiket cable car. Mungkin karna masih pagi jadi antrian tidak terlalu panjang. Saya membeli tiket cable car standar cabin yang single trip seharga HKD 145.00. Yap single trip saja, karna saya ingin pulang dengan jalan yang berbeda.
Satu cable car diisi oleh 8 orang, karna saya sendirian jadi lebih cepat mendapat tempat pada cable car yang rata-rata diisi oleh satu keluarga saja. Jarak yang ditempuh dengan cable car ini adalah sejauh 5.7 km dan berdurasi kurang lebih 25 menit. Wah jadi bisa cukup puas lah melihat pemandangan dari atas.
Ketika sampai di tujuan, kita akan disambut oleh toko souvenir, eits tapi tenang jangan keburu kalap ya di dalam masih banyak toko souvenir lain loh. Harga souvenir di sana juga standar, bahkan ada yang relative murah. Salah satu toko souvenir memberikan saya wishing card yang katanya nanti bisa digantung di tempat yang telah disediakan
Terms and Conditions:
1. Each valid receipt can only redeem a maximum of one wishing card.
2. The offer is only available to customers who have spent HK$150 or more at Ngong Ping 360 Souvenir Shop.
3. Valid same-date receipt from Ngong Ping 360 Souvenir Shop must be presented upon redemption.
4. Activity is subject to change without prior notice.
5. Ngong Ping 360 reserves the right of final decision in case of dispute.
6. Enquiry: 3666 0606
Katanya, total ada 268 anak tangga untuk sampai di puncak Giant Buddha ini. Selama perjalanan, kamu akan ditemani sejuknya hawa pegunungan dan keindahan laut dari jauh. Dari atas, kita bisa melihat pemandangan gunung dan juga Po Lin Monastery yang merupakan peristirahatan para biksu Buddha sekaligus tempat makan bagi yang ingin makan siang. Tentu saja makanan yang disajikan di sini umumnya adalah vegetarian. Biara Po Lin dibangun oleh tiga biksu dan awalnya dinamai Da Maopeng. Baru kemudian pada tahun 1924, biara ini berganti nama menjadi Po Lin.
Nama sebenarnya patung Giant Buddha ini adalah Tian Tan. Dinamakan demikian karena bagian bawahnya merupakan replika dari Kuil Tian Tan atau Kuil Surga di Beijing. Patung Budha Sakyamuni digambarkan sedang duduk di atas bunga teratai dengan posisi meditasi. Patung senilai 60 juta dolar Hong Kong berdiri atas area seluas 2.339 m2 dan setinggi 34 meter. Membutuhkan waktu 12 tahun untuk menyelesaikan patung yang menghadap ke daratan Cina.
Untuk kembali ke Tung Chung, saya memilih untuk mencoba alternatif lain selain cable car. Saya kembali ke Tung Chung dengan menumpangi sebuah bus dengan tarif yang saya lupa berapa karna saya membayarnya menggunakan octopus card (yang jelas jauh lebih murah dibanding naik cable car). Bus yang saya tumpangi melintasi pinggiran laut dan menelusuri jalan berkelok pegunungan, supir bus memacu busnya dengan penuh semangat, bisa digambarkan seperti naik bus malam antar kota di Indonesia, lucunya hampir semua penumpang yang memegang HP, menjatuhkan HP mereka karna guncangan yang cukup besar dan bertubi-tubi itu.
Tujuan selanjutnya adalah belanja oleh-oleh di Ladies Market. Tidak seperti Sam Shui Po, Ladies Market ini buka hingga malam. Mongkok di malam hari sangat penuh sesak, jadi buat kamu yang tidak begitu suka keramaian mungkin keluar malam bukan ide yang bagus. Ladies Market terletak tidak jauh dari tempat saya menginap, jadi saya hanya perlu jalan kaki saja ke sana. Banyak pedagang yang memasang plang harga pada barang yang mereka jual, jadi kamu tidak perlu repot menawar. Tapi kalau memang barang yang kamu ingin beli tidak memiliki harga pas, kamu bisa menawarnya setengah harga bahkan sampai sepertiga harga pembukaan. Saya juga menemukan beberapa orang Indonesia yang berjualan di sana, jadi kamu bisa lebih mudah lagi dalam urusan tawar menawar.
24 September 2017, pukul 8.00 saya check out dari tempat saya menginap. Lanjut perjalanan ke Macau dengan Ferry. Sampai Ferry Terminal saya mendapat kapal yang keberangkatannya pukul 12:30 seharga HKD 170.00. Karna masih banyak waktu, saya menyempatkan diri untuk makan di MCD Ferry Terminal. Makanan rekomen buat backpacker low budget seperti saya ini yah MCD, selain harganya yang ramah di kantong, saya juga bisa wifi-an gratis di sini. Yap selain lambang MTR, lambang MCD adalah penyelamat paling berjasa dalam trip kali ini.
Sampai di Macau, saya langsung naik bus menuju Senado Square. Di tempat ini berkumpulah bangunan-bangunan tua ala Portugis yang keindahannya tak lekang oleh zaman. Macau yang menjadi daerah administrasi khusus dari China sejak Desember 1999 ini, memang bekas jajahan Portugis. Senado Square dibangun pada 1918 untuk menghubungkan Praira Grande dengan pelabuhan. Lapangan dengan air mancur ini dulunya kerap digunakan oleh pemerintah kolonial untuk menunjukkan kekuatan dan kekuasaan militer mereka.
Kemudian dengan mengikuti petunjuk jalan, saya sampai di Ruins of St. Paul’s Church yang merupakan peninggalan Gereja Katedral terbesar di Asia pada masanya. Ruins of St. Paul's ini juga merupakan salah satu landmark populer di Macau. Pada tahun 1835, gereja ini terbakar begitu pula dengan bangunan perguruan tinggi di dekatnya. Kebakaran ini menyisakan bagian depan gereja, tangga dan fondasi di beberapa sisi.
Tak jauh dari sana, saya juga mengunjungi Na Cha Temple. Na Cha Temple berukuran cukup kecil dan hanya merupakan suatu ruang tunggal saja. Pembangunannya didedikasikan untuk menyembah dewa Na Tcha. Secara keseluruhan bangunannya sangat sederhana dengan luas 8,4 meter x 4,51 meter.
Oh ya sepanjang jalan dari Ruins of St. Paul’s Church menuju Senado Square banyak toko dan kios yang menawarkan dendeng, kue kacang dan egg tart. Saya sempat membeli beberapa egg tart ala portugis di salah satu kios di sana, perpaduan kelembutan dan renyah egg tart nya cukup bikin ketagihan. Tanpa perlu masuk kulkas, egg tart ini masih enak dikonsumsi setelah tiga hari loh. Lebih dari itu saya kurang tahu ya karna sudah habis dimakan.
Karna sudah sore dan hujan yang cukup deras mengguyur Macau, saya memutuskan untuk membatalkan tujuan wisata lainnya dan menyerah menuju Macau Airport. Sebenarnya keberangkatan pesawat ke Jakarta masih keesokan harinya, tapi karna biaya hotel yang cukup menguras isi dompet, saya memilih untuk menginap di bandara. Ternyata lumayan banyak yang menemani saya tidur di sana, meski bangku yang disediakan dan udara malam yang dingin setiap kali pintu terbuka tidak memadai untuk tidur, tapi yang saya lihat banyak juga yang pulas di malam itu.
Yap sampai sini curhatan tentang pengalaman pertama solo backpacker Hongkong dan Macau yang saya lalui dengan banyak kekurangan karna beberapa tempat wisata tidak bisa dikunjungi karna kendala cuaca. Tapi menurut saya pengalaman pertama ini sangat berkesan dan saya berharap semoga pengalaman ini sedikit bisa membantu kamu yang mau solo backpacker ke Hongkong dan Macau.
Nan Lian Garden |
Di Nan Lian Garden, saya bertemu banyak turis yang mungkin sepertinya dari China, mereka didominasi oleh ibu-ibu berumur sekitar 40-60an. Mereka sangat eksis, tiap sudut foto, sampai menimbulkan suara gaduh dan akhirnya ditegur oleh petugas Nan Lian Garden. Ada juga anak muda yang membawa tongsis dan ditegur. Ternyata bukan hanya tripod, tongsis pun dilarang rupanya.
Chi Lin Nunnery |
Chi Lin Nunnery |
Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Stasiun MTR Diamond Hill, melewati Plaza Hollywood bersama beberapa anak sekolahan yang baru pulang sekolah dengan seragamnya yang berwarna biru muda. Oh iya saya juga sempat mampir ke sevel, membeli sekaleng minuman seharga HKD 8.00 karna bekal air dari bandara Macau sudah habis.
Selanjutnya adalah check in hotel, sebelumnya saya sudah memesan satu kamar backpacker di kawasan mongkok via Traveloka. Namanya Apple Inn Mongkok, harganya terbilang sangat murah, hanya sekitar 150rb-an permalam, terletak di Nathan Road, tempat yang mudah diakses oleh MTR maupun bus. Kamar yang saya pesan terdiri dari 4 kasur dan isinya khusus wanita, ada toilet di dalam, ada kran air panas, sabun dan shampo, juga ada sikat gigi, odol dan handuk yang bisa diambil sendiri di rak yang berada dekat pintu masuk. Fasilitas lainnya ada wifi yang cukup cepat, kulkas, hair dryer, air minum, minuman ringan, snack.
Setelah mandi, saya kembali meneruskan perjalanan ke sebuah kawasan yang katanya menjual banyak barang murah yang bisa dijadikan oleh-oleh, namanya Sam Shui Po, pukul 5 sore saya tiba di sana dan tapi pedagang itu malah pada bubar. Yap ternyata Sam Shui Po hanya buka sampai pukul 5 sore saja, seperti pasar kaget kalau di sini. Akhirnya saya kembali ke hotel dan beristirahat.
23 September 2017, pukul 8:00 saya berangkat ke Lantau Island, untuk mengunjungi Giant Buddha. Saya naik MTR dan turun di Tung Chung, lalu ikuti petunjuk jalan dan sampai ke loket pembelian tiket cable car. Mungkin karna masih pagi jadi antrian tidak terlalu panjang. Saya membeli tiket cable car standar cabin yang single trip seharga HKD 145.00. Yap single trip saja, karna saya ingin pulang dengan jalan yang berbeda.
Harga Cable Car (September 2017)
Single Trip
|
Dewasa | Anak | 65+ |
Standard Cabin | $145 | $70 | $95 |
Crystal Cabin
|
$200 | $130 | $150 |
Round Trip
|
Dewasa | Anak | 65+ |
Standard Cabin | $210 | $100 | $140 |
Crystal Cabin
|
$290 | $180 | $220 |
Satu cable car diisi oleh 8 orang, karna saya sendirian jadi lebih cepat mendapat tempat pada cable car yang rata-rata diisi oleh satu keluarga saja. Jarak yang ditempuh dengan cable car ini adalah sejauh 5.7 km dan berdurasi kurang lebih 25 menit. Wah jadi bisa cukup puas lah melihat pemandangan dari atas.
Ketika sampai di tujuan, kita akan disambut oleh toko souvenir, eits tapi tenang jangan keburu kalap ya di dalam masih banyak toko souvenir lain loh. Harga souvenir di sana juga standar, bahkan ada yang relative murah. Salah satu toko souvenir memberikan saya wishing card yang katanya nanti bisa digantung di tempat yang telah disediakan
Bodhi Wishing Shrine |
1. Each valid receipt can only redeem a maximum of one wishing card.
2. The offer is only available to customers who have spent HK$150 or more at Ngong Ping 360 Souvenir Shop.
3. Valid same-date receipt from Ngong Ping 360 Souvenir Shop must be presented upon redemption.
4. Activity is subject to change without prior notice.
5. Ngong Ping 360 reserves the right of final decision in case of dispute.
6. Enquiry: 3666 0606
Tian Tan (Giant Buddha) |
Nama sebenarnya patung Giant Buddha ini adalah Tian Tan. Dinamakan demikian karena bagian bawahnya merupakan replika dari Kuil Tian Tan atau Kuil Surga di Beijing. Patung Budha Sakyamuni digambarkan sedang duduk di atas bunga teratai dengan posisi meditasi. Patung senilai 60 juta dolar Hong Kong berdiri atas area seluas 2.339 m2 dan setinggi 34 meter. Membutuhkan waktu 12 tahun untuk menyelesaikan patung yang menghadap ke daratan Cina.
Untuk kembali ke Tung Chung, saya memilih untuk mencoba alternatif lain selain cable car. Saya kembali ke Tung Chung dengan menumpangi sebuah bus dengan tarif yang saya lupa berapa karna saya membayarnya menggunakan octopus card (yang jelas jauh lebih murah dibanding naik cable car). Bus yang saya tumpangi melintasi pinggiran laut dan menelusuri jalan berkelok pegunungan, supir bus memacu busnya dengan penuh semangat, bisa digambarkan seperti naik bus malam antar kota di Indonesia, lucunya hampir semua penumpang yang memegang HP, menjatuhkan HP mereka karna guncangan yang cukup besar dan bertubi-tubi itu.
Tujuan selanjutnya adalah belanja oleh-oleh di Ladies Market. Tidak seperti Sam Shui Po, Ladies Market ini buka hingga malam. Mongkok di malam hari sangat penuh sesak, jadi buat kamu yang tidak begitu suka keramaian mungkin keluar malam bukan ide yang bagus. Ladies Market terletak tidak jauh dari tempat saya menginap, jadi saya hanya perlu jalan kaki saja ke sana. Banyak pedagang yang memasang plang harga pada barang yang mereka jual, jadi kamu tidak perlu repot menawar. Tapi kalau memang barang yang kamu ingin beli tidak memiliki harga pas, kamu bisa menawarnya setengah harga bahkan sampai sepertiga harga pembukaan. Saya juga menemukan beberapa orang Indonesia yang berjualan di sana, jadi kamu bisa lebih mudah lagi dalam urusan tawar menawar.
24 September 2017, pukul 8.00 saya check out dari tempat saya menginap. Lanjut perjalanan ke Macau dengan Ferry. Sampai Ferry Terminal saya mendapat kapal yang keberangkatannya pukul 12:30 seharga HKD 170.00. Karna masih banyak waktu, saya menyempatkan diri untuk makan di MCD Ferry Terminal. Makanan rekomen buat backpacker low budget seperti saya ini yah MCD, selain harganya yang ramah di kantong, saya juga bisa wifi-an gratis di sini. Yap selain lambang MTR, lambang MCD adalah penyelamat paling berjasa dalam trip kali ini.
Senado Square |
Ruins of St. Paul’s Church |
Tak jauh dari sana, saya juga mengunjungi Na Cha Temple. Na Cha Temple berukuran cukup kecil dan hanya merupakan suatu ruang tunggal saja. Pembangunannya didedikasikan untuk menyembah dewa Na Tcha. Secara keseluruhan bangunannya sangat sederhana dengan luas 8,4 meter x 4,51 meter.
Oh ya sepanjang jalan dari Ruins of St. Paul’s Church menuju Senado Square banyak toko dan kios yang menawarkan dendeng, kue kacang dan egg tart. Saya sempat membeli beberapa egg tart ala portugis di salah satu kios di sana, perpaduan kelembutan dan renyah egg tart nya cukup bikin ketagihan. Tanpa perlu masuk kulkas, egg tart ini masih enak dikonsumsi setelah tiga hari loh. Lebih dari itu saya kurang tahu ya karna sudah habis dimakan.
Karna sudah sore dan hujan yang cukup deras mengguyur Macau, saya memutuskan untuk membatalkan tujuan wisata lainnya dan menyerah menuju Macau Airport. Sebenarnya keberangkatan pesawat ke Jakarta masih keesokan harinya, tapi karna biaya hotel yang cukup menguras isi dompet, saya memilih untuk menginap di bandara. Ternyata lumayan banyak yang menemani saya tidur di sana, meski bangku yang disediakan dan udara malam yang dingin setiap kali pintu terbuka tidak memadai untuk tidur, tapi yang saya lihat banyak juga yang pulas di malam itu.
Yap sampai sini curhatan tentang pengalaman pertama solo backpacker Hongkong dan Macau yang saya lalui dengan banyak kekurangan karna beberapa tempat wisata tidak bisa dikunjungi karna kendala cuaca. Tapi menurut saya pengalaman pertama ini sangat berkesan dan saya berharap semoga pengalaman ini sedikit bisa membantu kamu yang mau solo backpacker ke Hongkong dan Macau.
solo backpacker ada enaknya ada enggaknya.. :)
BalasHapustapi banyakan enaknya menurutku sih.
Hapusastaga dosa bang, dosa.
BalasHapusFollow my ig mery biar bisa berteman , @ilhamfebrian88
BalasHapusIf you're looking to lose weight then you need to start using this totally brand new personalized keto meal plan diet.
BalasHapusTo create this keto diet, certified nutritionists, fitness trainers, and chefs have united to develop keto meal plans that are productive, decent, cost-efficient, and enjoyable.
Since their first launch in early 2019, 1000's of clients have already transformed their body and well-being with the benefits a great keto meal plan diet can offer.
Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-certified ones provided by the keto meal plan diet.