Mitologi Cina - Fushi Mengajari Manusia

Mitologi Cina - Fushi Mengajari Manusia

Mitos-mitos Cina kuno melibatkan sepuluh Raja Legendaris, dewa yang membimbing manusia melalui permulaan prasejarah (kira-kira tahun 3000-2197 SM). Para pemimpin pendahulu ini berwujud setengah dewa dan setengah manusia, yang tinggal di antara bangsa manusia dan mengajari mereka aturan-aturan kehidupan. Mereka kadang berubah wujud menjadi binatang atau tetap dengan wujud setengah dewanya, juga setengah binatang. Mereka secepatnya kembali ke kayangan jika masanya berada di bumi telah selesai.



Fushi adalah pemimpin pertama dari masa gaib ini. Cerita tentang Fushi didasarkan kepada raja sungguhan yang hidup pada suatu waktu antara tahun 2953-2736 SM. Bagaimanapun juga, tidak peduli ia berasal dari kisah manusia nyata atau tidak, Fushi adalah sosok yang dicintai dalam mitologi yang mengajari manusia kemampuan bertahan hidup di jaman Cina kuno. Mengajari di sini termasuk menggunakan api, memancing, berburu, menulis dan bercerita tentang keberuntungan. Dalam beberapa kisah, Fushi digambarkan memiliki tubuh seperti manusia. Dalam kisah lain, ia berkepala manusia dan bertubuh ulah. Dalam banyak kisah lainnya, ia adalah suami Nuwa dan mereka bersama-sama membawa peradaban manusia.

Dalam kisah ini, Fushi memperkenalkan trigram, yang dibuat dari batang panjang dan pendek. Pada penmulaannya, penafsiran dari trigram diturunkan dari mulut ke mulut, kemudian baru ditulis berabad-abad kemudian, yaitu antara 1059-249 SM. Sekarang, trigram yang terkumpul dikenal dengan sebutan I Ching (ee jihng), atau kitab Perubahan (The Book of Changes). Walaupun dari zaman kuno, buku ini sangatlah penting karena merupakan salah satu dari sedikit naskah Cina yang terpisah ketika terjadi pembakaran buku-buku pada tahun 213 SM. Banyak orang masih membaca buku ini untuk membongkar filosifinya, juga untuk mendapatkan manfaat dari ramalannya.

Dalam mitilogi, Fushi dihormati karena mengenalkan sistem penulisan, yang ditemukan untuk meningkatkan sistem perhitungan kuno dari perhitungan simpul. Namun, penciptaan juga dihubungkan dengan Tsang Chieh, seorang penjaga catatan istana yang hidup sekitar tahun 2500 SM. Bebebrapa penulisan Cina kuno terdiri dari garis-garis sederhana dan gambar-gambar simbol yang bisa digores dengan mudah di atas batu, tempurung kura-kura, dan tulang binatang. Pada tahun 1600 SM, sistem penulisan berkembang dengan pesat, simbol-simbol ditemukan di banyak bejana perunggu dari masa itu. Selama dinasti Qin ( 221-206 SM) sistem penulisan Cina menjadi sangat sistematis dan canggih. Banyak simbol dari masa itu mirip dengan karakter penulisan Cina yang dipakai sekarang.

Mitologi Cina - Fushi Mengajari Manusia

Fushi melihat manusia-manusia baru kebingungan. Orang-orang ini tidak memiliki kekutan supranatural seperti dewa, kekuatan seperti macan, atau kecepatan seperti macan tutul. Mereka tidak memiliki baju pelindung seperti kura-kura, tidak memiliki kulit kasar seperti kerbau air, atau bulu yang tebal seperti rubah. Manusia memiliki kulit yang tipis, daging yang lembut, rambut yang jarang, dan bergerak lambat. Mereka memiliki hati yang baik dan tawa riang, namun mereka mudah takut dan kecil hati. Fushi memutuskan untuk membantu manusia baru.

Pertama, Fushi mengajari manusia bagaimana menggulung akar tanaman untuk membuat tali-temali yang lebar dan kuat. Dengan tali yang lebih tipis, Fushi menenun tali pancing dan jaring, hingga manusia bisa mencelupkannya ke dalam air untuk mencari makan (memancing). Dengan tali yang lebih tebal, ia menjalin jembatan yang kuat dan merangkainya melintasi jurang yang tinggi agar manusia bisa melintas dari satu gung puncak ke puncak gunung lainnya untuk mendapat makanan.

Ketika halilintar membakar pepohonan, dan itu sangat sering terjadi, para manusia merasa gentar dan bersembunyi di dalam gua. Untuk membujuk agar manusia itu mau keluar, Fushi memutar-mutar dua batang pohon secara bersama-sama untuk membuat api. Ia menunjukkan kepada manusia bagaimana cara memasak daging dan ikan agar lebih mudah dicerna dan dimakan daripada daging dan ikan mentah. Manusia segera menemukan bahwa api juga bisa menjaga mereka dan membuat nyaman sepanjang malam yang dingin. Hewan-hewan buas takut akan cipratan nyala api, juga mengusir serangga dengan asapnya yang hitam.

Pada musim semi, Fushi membuat cabang-cabang pohon yang muda untuk dibakar di api, kemudian ia mendinginkannya di dalam panci. Ia menggesek, meratakan dan mengeringkan batang yang kecil itu menjadi batang anak panah. Fushi lalu mengajari manusia berburu kijang, babi hutan dan burung yang terbang. Ia menunjukkan kepada mereka tempat kumpulan jamur hitam di hutan, rumput-rumput liar di daratan, dan sayuran pahit yang tumbuh di sepanjang pinggiran sungai. Ia mengajari manusia bagaimana memelihara domba, kambing, angsa dan bebek. Fushi juga memperingatkan mereka untuk mengambil yang mereka butuhkan saja dan tidak menyia-nyiakan makanan atau membunuh tanpa perasaan.

Untuk menjaga sisa makanan, mereka tumbuh dan bertukar; manusia membentuk simpul-simpul yang menyerupai kupu-kupu, bunga dan berlian. Namun mereka sering lupa arti dari simpul-simpul itu dan saling berdebat dan bertengkar, hingga Fushi menemukan sistem penulisan dengan cara menggores gambar-gambar dan tulang. Masing-masing gambar menunjukkan satu kata. Manusia menyalin bentuk-bentuk kata yang berliku-liku itu di atas tempurung kura-kura, batang bambu,  dan tulang-tulang hewan untuk mengingatkan mereka akan hutang mereka.

Fushi tahu bahwa ia tidak bisa tinggal di bumi selamanya membantu manusia memperbaiki pemikiran mereka ketika mereka sedang kebingungan. Ketika mereka tidak mengetahui pilihan mana yang harus diambil atau jalan mana yang harus dipilih, Fushi mengajari mereka bagaimana cara berkonsultasi dengan para dewa. Pertama, ia mengambil kerangka kura-kura, lalu menyalin pinggiran delapan sisinya di atas tanah. Kemudian pada masing-masing pinggiran, ia menggambar tiga garis, atau sebuah trigram.

Pada pinggiran itu, Fushi menggambar tiga garis lurus untuk menunjukkan tanda surga:

Pada pinggiran yang bersebrangan dengan sebelumnnya, ia menggambar tiga garis terputus untuk menunjukkan arti bumi:

Air digambarkan dengan satu garis utuh yang berada di tengah, di antara dua garis terputus; sedangkan api kebalikannya, yaitu satu garis terputus yang berada di tengah diapit dua garis utuh:


Garis yang terputus di bawah dua garis yang utuh menunjukkan arti angin dan kayu, satu garis utuh di bawah dua garis putus berarti badai dan guntur:

Dua garis terputus di bawah satu garis utuh berarti gunung, dua garis utuh di bawah sayu garis putus berarti danau:


Kemudia Fushi menunjukkan pada manusia cara menggunakan trigram itu. Ia menentukan sebuah tanaman berbunga putih dan mencabut semua kelopaknya dan bunga kuning kecilnya, hingga yang tertinggal hanya batang yang lurus. Ia mematahkan batang lurus itu menjadi potongan-potongan pendek dan panjang, mencampur dan melempar potongan-potongan itu ke tanah sebanyak enak kali, lalu mengaturnya berbaris-baris. Potongan yang pendek berada di bagian garis yang terputus, sedangkan potongan yang panjang berada di bagian garis yang utuh. Fushi mengajari manusia bagaimana menafsirkan arti dari batang-batang itu.

Ia mengumpulkan batang-batang itu dan mengambil batang-batang bunga putih yang baru lagi dan lagi. Tak masalah batang panjang atau pendek yang muncul, batang-batang itu selalu menirukan (membentuk) dua trigram, seperti bumi/air, angin/api, guntur/daun. Setiap saat Fushi mengajari arti dari pola-pola yang terbentuk. Beberapa pola mungkin berarti orang-orang selamat, mungkin juga berarti peringatan terhadap bahaya yang akan datang. Beberapa pola mengajarkan mereka untuk tinggal ditempat, yang lainnya memberitahu mereka untuk pergi. Ada yang berarti perintah untuk menyerang, ada pula yang berarti menyerah dalam peperangan dengan membaca pola dari batang-batang itu, manusia bisa membuka keberuntungan mereka dan membuat pilihan dari tindakannya.

Manusia sangat bahagia dengan pengetahuan mereka dan merasa siap mendiami bumi. Tapi Fushi lebih tahu. Ia tahu bahwa mencari makan, membuat peralatan, memelihara hewan, menjaga arsip (rekaman), dan membuat pilihan tidaklah cukup.

Ia khawatir manusia akan menjadi sombong dan egois. Fushi ingin mereka tetap rendah hati dan belajar dari masa lalu untuk mengingatkan kesuksesan dan kegagalan mereka dengan menceritakan sebuah kisah. Untuk membantu para pembaca cerita dan menyentuh hati manusia, Fushi memberi mereka hadiah terakhir, musik.

Fushi mengajari manusia bagaimana cara membuat kecapi Cina, pipa. Sebuah nada melodi yang enak didengar, dengan bentuk meliuk yang nyaman untuk dipegang. Pipa bisa menirukan bunyi angin yang berdesir menerpa pepohonan, suara air yang mengalir melewati bebatuan, dan suara kuku-kuku kuda yang berderap dalam peperangan. Fushi mengajari manusia bagaimana menggunakan pipa untuk menceritakan kisah-kisah yang tak terlupakan. 

Setiap saat manusia memainkan lagu, udara tenang yang ada di dalam kotak suara pipa memecah keheningan hidup. Setiap saat manusia memainkan senar, hati dan pikiran mereka akan dialiri dengan emosi yang tenang dan pikiran yang damai. Memainkan pipa mengisi tubuh manusia dengan kebahagiaan, menenangkan pikiran jahat mereka, dan meringankan beban mereka yang sangat berat.

Ketika masa Fushi di dunia telah selesai, Fushi meminta diri untuk pergi pada manusia dan naik ke kayangan; ia berharap manusia dapat saling membagi kebijakan mereka dan melanjutkan kehidupan di bumi dengan damai.

Sumber: Buku Mitologi Cina, Irene Dea Collier, Cetakan I : 2011
Share on Google Plus

About merry

Hai saya Merry Olivia, ini adalah blog pribadi saya yang berisi tentang review produk, dari mulai makanan, kosmetik dan lain-lain. Di blog ini juga ada tips-tips dan sharing pengalaman pribadi saya. Semoga artikel-artikel di blog ini bisa bermanfaat untuk kalian semua. Kalau ada pertanyaan bisa langsung comment di kolom yang sudah disediakan. Thank you for reading :)

0 komentar :

Posting Komentar